Monday 23 April 2012

‘KENAPA AKU JADI JOMBLO TULEN’


Hari hari ku berlalu saat malam menjemput dengan sapaan hangat yang tak terelakan kenikmatan duniawi.
Malam ini aku terbaring dalam kamar remang remang cahaya oleh lampu yang sudah hampir lelah mengikuti hari demi hari ku hingga ahirnya.
“AHMAAAAAAADDDDDDDDD……………, Turun kebawah makan” ,teriak umi saat aku melamun di kamar.
“iyaaaaaaa….. bentaaaaaarrrrrrrr aku lagi mau ganti bajuuuuuu”,aku merasa seperti kaya di hutan aja ngomongnya sambil teriak teriak.
Saat aku turun kebawah aku bingung kok ga ada lauk di meja.
“um emang mau makan apa??? Kok ga ada lauknya?”.tanyaku heran
“iya mau makan apa beli sate madura, mi goreng, nasi padang, atau martabak??? Terserah kamu”, seru umi menanggapi pertanyaanku.
Aku pikir kalo makan ini kaya mau tamasya aja, nasi padang lah, martabak, sate Madura, migoreng.
“aku mau sate aja ya”.
“iya nih uangnya terserah mau beli berapa tapi abis ya”.
Akhirnya aku pergi ke tukang sate yang tidak terlalu jauh dari rumah ku. Saat jalan menuju kang sate aku bingung kok tumben nih malem banyak orang jalan-jalan ada apa. Ternyata aku inget ini kan hari sabtu, pasti lagi pada malam mingguan nih.
Sesampainya aku di tukang sate banyak pasangan muda mudi dan tua tui lagi asyik banget menyantap sate plus sop yang meledekku dengan kenikmatannya itu.
“mba beli ya sate ayam 20, bungkusnya sepuluh-sepuluh, ama lontongnya dua jangan di potong”, pesanku di tengah keramaian
Ada hal aneh!!! Saat aku memesan, pembeliyang sedang menyantap pada melihat aku.  Dengan wajah polos aku bilang.
“woy!!!! Jangan pada bengong kenapeeeeee????”, langsung aja keceplosan. mungkin karena badan aku yang gempal jadi pada heran dan suaranya lantang atau bisa di sebut cempreng .
“oh iya mad tunggu dulu aja, duduk dulu”, sahut penjual memecah keharuan para pembengong sekalian.
Baru aku sadar, ngapain ya aku tadi kayak gitu baru kerasa malunya saat ini. Ya ampun malu maluin banget sih…..
Saat menunggu sate itu beres aku nunggu di luar aja alasannya pertama karena sedikit malu, kedua tadi aku malu-maluin, ketiga aku takut jadi pemalu. Banyak banget muda mudi pada bertebaran kaya laron di perempatan jalan yang ada lampunya. Mesra- mesraan di depan ku seakan menggoda ku untuk menggampar semua pipi mulus mereka, karena ‘KENAPA AKU JADI JOMBLO TULEN’.
“mad satenya nih udah”, penjual sate mengaburkan hayalku,
“oh iya, makasih ya”, sahutku sambil mengambil dan pergi.
“ehhhhh ahmaaaaad uangnyaaaaaaa!!!....” teriak mba penjual
“oh iya mba belom bayar ya”, sambil menahan rasa malu yang kedua kalinya aku membayar.
“makasaih ya mba, hehehe……”
Di perjalanan aku menahan rasa malu yang tak terkira, sambil di kelililngi laron-laron berkaki yang merongrong kasih serta sayang.
Kulewati badai laron cinta itu dengan rasa malu dan kesal.
Sampe dirumah aku langsung makan demi melampiaskan rasa malu dari kejadian malam ini.
Dan tak kusangka bumbu kacang sate mengocok isi perutku hingga akhirnya membuat badan lemas ingin buang ampas tadi siang. Sampe lemes ini badan haduh.
Saat menjelang tidur aku teringat kejadian barusan.
 
“tak kusangka hampir tiga tahun aku menutup buku tentang kasih seorang wanita, bukan ibu ataupun keluarga wanita.

tapi ini masalah cinta.

karena aku tersadar wanita butuh pengertian dari sebuah komitmen abadi...”

Ya itulah sebuah pembelaan ku yang sudah hampit tiga tahun lalu menutup buku, aku berharap saat aku masih belum tersentuh aku mau pasangan ku nanti bukanlah bekas sentuhan. karena mahalnya harga diri wanita dan aku akan dapat menawarnya lebih mahal dari perhiasan termahal didunia ini yaitu sebuah kepercayaan ini. Tapi apakah yang kukatakan ini akan berubah sewaktu-waktu. Saat aku terlena oleh dunia yang fana ini, seakan pikiran ini jadi kecaman demi sebuah kehancuran.
Ah sudahlah….
SELESAI

No comments:

Post a Comment