Sunday 14 September 2014

cintaku di gondol kucing #1

Ahmad Fahri Ibnu Sayid itulah namaku beradu dalam lagu kalau katanya itu lagi sendu...
Aku di panggil Ahmad sama ayah ibu entah kenapa namaku terlalu panjang tapi cuma satu yang di pakai... Hmmm terasa percuma nama lainya.. ini kisahku, ku ceritakan kepadamu dalam seceraik rindu.

Waktu aku kecil aku sangat menyukai kucing kampung yang sering berkeliaran di sekitar rumah. Ciki, bakwan, risol, sampe telor gulung apapun yang ku makan pasti di kasih.
"Puuuusss... Meong meong" aku berujar.
"Meeong" kucing kampung itu menjawab.
"Nama kamu siapa?" Pertanyaan konyol waktu itu.
" Meeong" kucing pun menjawab lagi.

Pikirku saat itu apakah meong namanya...
Aku pun berdialog seru dengan meong...
Hinga meong pergi dan aku berjalan begitu saja mengikuti meong berjalan...

Sesaat kemudian meong berhenti, berdialog dengan kucing lainya.. namun tiba tiba ada dua kucing datang. Aku takut bukan kepalang karena bicaranya beda dengan meong...
"Mmmmmm" kucing itu menggeram
" Mmmmmm" kucing satu lagi menggeram
Terus saling bersahutan..
Meong berdiam dan aku pun terdiam... Ku berhenti bernapas kututup hidung seperti melihat vampir di film boboho..
Meong yang berbulu putih bermotif hitam di kaki dan di badannya.. didatangi kucing hitam bermotif putih mendekati meong. Dan kucing Oren hanya melihat dari jauh..
Tiba tiba meong berubah sikap menjadi lemah..
Saat itu kulihat meong di gigit leher bagian belakang.. aku terkejut
"Meong lawan meong, kamu harus lawan" aku memberikan semangat buat meong.

Tapi meong tidak bergerak hanya menggeram... Aku yang bingung saat itu mengambil jalan melepaskan sendal dan melempari kucing yang mau memakan meong...

"Rasakan jurus sendal gurun Sahara" ku utarakan jurus maut rahasia..
Ternyata kucing hitam punya tenaga dalam menghindar dari lemparan sendalku. Ku tak putus asa ku buka sendalku satu lagi ku lemparkan dengan jurus mantap..

"Jurus rendang buatan ibu" yang ku pikirkan saat itu rendang ibuku pedas mungkin bisa mengusir kucing dan kepedasan.

" Yeeeh kucing hitam pergi kau" aku berhasil mengenai kucing hitam itu dengan rasa pedas dan aku mengambil meong di pelukan ku. Kupangku meong.

"Mmeeeong, srek srek, jdgakkwgd" meong tiba tiba mencakar aku hingga kemuka aku..  aku terkejut dan aku lari pulang kerumah sambil menangis...

"Ibuuuu" ku teriak memanggil ibu sambil nangis aku menghampiri.
" Kenapa Ahmad? Kamu dari mana?" Ibu bertanya kepadaku sambil mengusap tangan lembutnya di kepalaku.
" Hiks hiks hiks" aku masih menangis dan ngga bicara selain sesegukan..

"Ayo sini ibu bersihkan muka kamu" ibu membersihkan luka di muka aku dan membersihkan badan aku...

" Sakiiiit ibu aduuh" teriak aku saat di olesi sesuatu yang dingin tapi sakit.
"Iya Ahmad kamu main sama kucing lagi ya. Kan ibu bilang hati hati kalau main sama kucing, kalau kucing lagi suaranya aneh kamu pergi saja ngga usah ikut campur" ibuku berpesan seperti itu kepadaku dengan lembuut sekali. 

"Iya ibuu, maaf yaaa aku ngga akan main sama kucing kalau lagi menggerung" celotehku.

" Ya sudah kita ke puskesmas, mudah mudahan kamu ngga kenapa kenapa ya" ibu mengajakku setelah selesai membersihkan luka.

Akhirnya ku mandi dan ganti baju.
Bersiaplah berangkat ke puskesmas..

"Ayo Bu aku udah siap" dengan wangi dan juga klimis rambutku.

"Bentar mad, sendal ibu ko ngga ada ya. Perasaan ibu taro sini" ibu kebingungan mencari sendalnya.
Ku ingat sendal itu ku pakai saat aku mengikuti meong. Aku bilang saja ke ibu..

" Sendalnya di luar Bu, tadi aku pake" aku bicara ke ibu.

" Sendalnya kamu taro mana mad?"ibu menayakan lagi.
"Aku lempar tadi pas meong di gigit" ku jawab saja.

"Ahmaaaaaaad!!!!!!" Ibuku berteriak seakan dunia ini bergema..
Kulihat raut wajahnya berubah seakan ingin menerkam aku... Aku takut melihatnya..
" Itu sendal ibu yang paling mahaaaaaal, kenapa kamu pakai. Ibu belinya susah payah nabung dari uang ayah kamu, kamu lempar lempar. Itu sendal mahal tau ngga??!!" seketika ibu berubah menjadi Monster di film Sinchan. Aku terdiam tanpa berkata kata karena kulihat ibu sangat marah, aku takut.

" Astaga Ahmad kamu jadi anak bandel amat pake pake sendal ibu buat main, sekarang cari sendal ibu bawa kesini!!" ibu dengan nada kesal sekali menyuruh ku mencari. Aku bingung bukan kepalang kenapa ibu berubah drastis. Aku langsung bergegas mengambil sendal ibu yang ku lemparkan tadi membela meong.

Setalah ku ambil sendalnya ku kasihkan ke ibu...
" Ibu ini sendalnya" ku kasihkan ke ibu yang duduk di kursi depan sambil pasang raut wajah yang menyeramkan.
"Ya ampuun ahmaad, kamu inii..." ibu berhenti berkata
Aku terdiam dan aku duduk saja di kursi depan. Ibu berlalu begitu saja dan tidak menegurku masuk ke dalam rumah.
Aku merasa bersalah karena memakai sendal ibu yang mahal. Karena sendal tadi sangat kotor sebabnya masuk ke solokan.

Dan kami tidak jadi ke puskesmas.
Aku masuk ke dalam rumah dan minta maaf ke ibu atas kesalahan ku barusan..

"Ibu aku minta maaf yaa, aku tadi cuma mau main sama meong" selorohku dengan nada sendu.

"Iya Ahmad ibu juga minta maaf yaa, karena memarahi kamu" ibuku sudah mulai tenang dan lembut bicaranya.

Hari itu akhirnya aku dan ibu ke tukang baso makanan favoritku..

Sunday 20 April 2014

DIA

Ku tak mengerti arti cinta...
Sejak saat itu tak pernah ku ajak wanita berjalan bersama...
Hanya dirinya dan satu satunya aku jalan bersama sampai saat ini...
Dia orang pertama yang mengajarku untuk mengerti...
Wanita yang ku ajak bercanda makan bersama...
Pandang mata tak terkira...
Aku jatuh hati kepadanya sampai saat ini...
Entah dia masih terus menaruh kado dariku...
Aku tak punya harap banyak akan dirinya...
Aku lebih indah melihat wajah merona...
Hati ini ibarat air...
Menjadi berguna jika tetap bersih...
Menjadi musibah jika ternodai...
Dia satu satunya yng terbayang dalam diri...
aku tak pernah merasa kecewa akan dirinya...
Hanya aku terlalu bodoh mengatakan aku suka padanya...
Mungkin dia sedang lelah akan tugas merajalela...
Atau dia belum siap menerima ku menjadi bagian hidupnya...
Aku hanya harap ada pendamping dalam hidupku...
Entah siapapun itu...
Terimakasih untuk dia yang pernah mengisi hari ku yang dulu...
Jakarta 21 april 2014...
01.36

Saturday 19 April 2014

basa basi buruknya

Tuhan, aku tak membencinya.
Hanya saja ku muak dengan basa-basi busuknya.
Tuhan, aku tak bisa melupakannya.
Hanya saja cara berfikirku membuat ku lupa akannya.
Tuhan, bawa dia pergi dari hidupku.
Aku takut perasaanku dulu, kini menjelma kembali.
Tuhan, bunuh ragaku.
Bila perlu agar aku tak mengingatnya.
12 maret2014

kecewakah

Ah apakah aku kecewa kali ini...
ternyata harap pun pupus sudah...
Biarlah aku menjadi pria sederhana...
tanpa ada kekasih saat ini...
Aku tak tau apakah ada wanita yang mau mendampingiku...
Entah aku hanya bercerita kecewa akan rasa...
Aku tak mau menikam teman ku...
Mudah2an saja ada yang bisa menjadi istimewa...
Jodoh mungkin akan bertemu kemudian...
Aaahhhh... sudahlah
11april2014