Thursday 19 October 2017

KEKUASAAN...

Kelak mati akan terjadi...
Tak risau akan hari...
Saat tamak takan terberi...
Kamu yang jadi penguasa hari...

KEKUASAAN...
Makna kata akan mengerti...
Kalau kamu pergi menanti...
Saat raga melawan nurani...

Baru saja banyak kata...
Kamu hidup dalam makna...
Jika saja kamu mau berkaca...
Pada mimpi indah kurasa...

Kekacauan negri ini seakan sirna...
Saat pengadilan yang bicara...
Tapi apa benar para pengadil...
Entahlah kawan...

Nafsu ragawi menahan diri dari nurani...
Kalau saja penguasa mengerti arti masyarakat madani...
Kalau saja mati tak pernah di temui...
Masihkah ada hari untuk tersenyum nanti...

Bualan akan hati pengganti...
Akan terus terjadi sampai nanti...
Entah kapan sampai di nanti...

Wednesday 4 October 2017

Belajar baca

A I U E O....
Kata vokal  menghidupi...
Memberi makna akan rasa...
Mengira cerita bahwa itu saja...

Belajar baca...
Dari belia sampai tua...
Tak akan menciderai rasa...
Belikan mimpi akan makna...

Hiduplah dalam dalam...
Hiduplah sebagaimana hidup...

Depok di bulan oktober 2017

Saturday 30 September 2017

Perjuanganku

Iba kasih memberi nadi...
Terurai dalam dari hati...
Menuai benih terberi...
Kalau ini bisa terjadi...

Perjuanganku...
Terus maju...
Dengan baju...
Dan sepatu...

Berikan makna bagai kejora...
Atau rembulan menyapa...
Saat senja mulai tiba...
Di saat fajar bisa juga...

Tidak akan ada habis kata salah...
Maka aku ingin berkata...
Terus mencoba apa saja yang bisa...
Makna akan trtap berkata...

Hiduplah sebagaimana hidup...
Depok 1 oktober 2017



Thursday 28 September 2017

Terimakasih

Kamu di depan ku...
Menatapku penuh lugu...
Seakan mengajakku bercanda dalam diam...
Kamu selalu menjaga ku dalam mimpi indah bersama....

Semoga tak sekedar hayalku....

Sesalku

Mungkin kaki ini salah langkah...
Hingga aku tekulai lemah...
Terlalu lambat aku berpijak...
Hingga kaki susah menanpak...

Sesalku...
Menghampiriku saat akhir menemui pintu kebebasan...
Perjuangan belumlah usai demi menanamkan kebajikan....
Salah dulu ku berpijak dalam gelap....
Bahwa salah ku menjadi penyesalanku kelak...

Aku tak tau apa ayah ibuku tau...
Aku bukanlah seperti mereka bayangkan...

Wednesday 27 September 2017

Mengerti mimpi

Menggapai satu pintu...
Memasuki dunia abu...
Apakah ijazah itu...
Berlaku jadi babu...

Atau hanyalah satu dari hayal baruku...
Aku tak mau kerja dalam suruh suruh...
Aku mau hidupku dengan aturanku...
Aku mau jalan ku pilih yang itu...

Mengerti arti mimpi...
Menanggapi arti rintih...
Menggapai hari penuh peduli...
Menghargai impian terpuji...

Aku tak mau pergi pagi pulang petang...
Aku mau hidup dengan keluargaku yang tenang...
Walau nanti kita bisa pergi tebang melayang...
Ingatlah kita harus kembali sembahyang...

Rasa mimpi yang ingin di hinggapi...

Jakarta, di bulan september 2017

Menunggu

Menunggu...
Waktu...
Semu...
Layu...

Karena salah sikap kurasa...
Atau salah sangka di rasa...
Aku pergi dengan terpaksa...
Aku malu pada dirinya...

Aku tak tau besok seperti apa...
Merangkai mimpi juga tak merajai...
Aku harus terus kejar apa yang ku ingini...
Semangat kaki melangkah teruji...

Amin mimpi terjadi...
Jakarta, september 2017

Berikan hidup

Gunung meletus bagai kepulan perokok...
Menghebuskan asapnya hingga ruang terasa sesak...
Lava berpijar layaknya air persawahan...
Berandai makna tak berkesudahan...

Berikan hidup...
Bagi mereka yang hidup...
Berikan nafas segar...
Agar tetap bugar...

Gunung adalah simbol kegagahan...
Amarah terpendam dalam kisah perantauan...
Cukup berikan makna kehidupan...
Bagi mereka yang membutuhkan...

#tragedigunungmeletus...
Jakarta, 27 september 2017

Makan nasi

Sepiring lauk dalam jamuan...
Senantiasa larut dalam keramaian...
Bersama keluarga menjadi bersama...
Dalam impian hidup bahagia...

Makan nasi...
Menjadi tradisi...
Lauk tak peduli...
Yang penting nasi...

Kehidupan yang sering di temui...
Bahwa kita hidup harus jalani...
Ini sebuah ungkapan hati...
Bahwa hidup haruslah dijalani...

Syukuri, nikmati, hargai...

Sedih melanda

Dalam benak pikiran suntuk...
Aku merajut dalam batuk...
Berbagai kisah menusuk...
Dalam balutan tulang rusuk...

Aku pergi dalam diam...
Aku datang dalam makam...
Bahwa aku hanya tenggelam...

Sedih melanda...
Kisah berpilu mengadu domba...
Aku makan sekuat tenaga...
Demi hidup berbahagia...

Namun kesedihan hanyalah bualan...
Tapi air mata ini jatuh tak berkesudahan...

Sudah lah kawan aku hanyalah debu jalanan...

Jakarta, 27 september 2017

Wednesday 18 January 2017

instan

hari demi hari bongkahan nasi terus di hadapi...
menjalani waktu terus berganti...
dalam luasnya perut terisi...
ilmu yang di ilhami...
sangat sulit di jalani...
sebab padi sudah basi...  

para pegawai desa yang di hormati...
mengirim insani ke sekolah tinggi...
demi membangun gedung indah terpenuhi...
namun mimpi itu seakan tak menjadi...
 sebab ilmu tak sampai ke kaki...

perjalanan insani menemui aral tak henti...
bahwa dunia ini untuk dinikmati...
hingga tuntutan terpenuhi..
pincang jalan pun terjadi..
bahwa desa sudah sunyi 

hanya renta yang selalu menyapa...
ternyata...
sang dewasa ada di kota...
mencari nafkah tak seberapa...
mungkin ilmu yang di punya...
tapi nyatanya tidak...

hanya termos di panggulnya...
terisi panas dalamnya..
dengan kopi ekstrak di serencengnya...
dengan harga berapa rupiah...

kalau kaki bisa terus melangkah...
mungkin hitamnya dunia akan indah...
namun pincang sudah terasa lelah...
biarkan mimpi yang indah...
menemani hari yang susah....

depok, 19 januari 2017
saat gundah menunggu waktu indah

Sunday 8 January 2017

Aku suka kamu apa adanya

Matahari belum pergi meninggalkan ufuk di timur negri...
Merangkak pasti namun masih ada sisa hari yang panjang untuk dilewati...
Kau yang hadir dalam hati memberikan waktu untuk membuat lambung terisi...
Walau kau tau kau belum tentu bisa membuat terbaik...
Tapi usahamu tak pernah padam membuatku tersenyum...
Aku bangga tak hingga sampai aku terbang ke angkasa..
Aku mau kau bisa semua, dan aku pun bisa menjadi sama seperti dirimu...
Kau belajar dan terus belajar tanpa kenal lelah yang terjadi...
Aku mau kita bersama mengarungi waktu yang terus melaju..
Aku sayang kamu anisya anggraini..

Suara yang termuda

Banyak generasi sudah di lalui...
Air hujan turun berseri, seraya berkata apa kabar hari ini...
Kujawab hidupku selalu bertemu bandang sungai tak terbendung...
Bagai lava berpijar dalam lereng api...
Kabarku adalah alam yang bergejolak...
Langit pun berseru kepadaku...
Apa kau punya sahabat...
Akupun menjawab lantang...
Cariel ku panggul dalam sunyi hari...
Itulah sahabat sejatiku...
Kalau kau tanyakan lagi keluargaku...
Aku di sini di jalan panjang bersama berjalan...
Aku tak mengerti arti hidup di sini...
Tapi ku selalu berusaha mengisi wadah untuk ku tuai nanti...
Alam yang kutau adalah ceria dalam penciptaan...
Mengajakku bertemu sang pembuat alam yang indah...
Namun sepanjang jalan kulalui ceria alam pun sirna....
Entah apa yang terjadi selama ini...
Apa dosa ku yang kulakukan...
Jalan panjang pedesaan ku buat minum pelepas dahaga...
Sehingga kau murka terhadap ku...
Penjelajah yang kagum atas karuniamu...
Hanya bakaran daun yang di pilin bersama...
Seakan murka mu tak lepas begitu saja...
Makhluk sempurna kau ambil dari kami sebagai sugesti kau terganggu...
Layakah aku sebagai pelindungmu...
Baju pencinta alam asri dibalut dalam hangatnya tubuh sepi...
Maaf hanya ini ku sampaikan padamu...
#hiduplahsebagaimanahidup
Gerbong kereta tak henti berjalan.
Bogor - jakarta , senin 9 januari 2017
Puisi ini adalah gubahan dalam pementasan di kegiatan ulang tahun cipta ceria alam universitas pancasila..

Demokrasi transportasi

Aspal tertanam menghalau air hujan...
Keras jalan tak pernah terbantahkan...
Perpanjangan tangan tak ubahnya kekalutan...
Ya tangan beraspal yang menjulur nafkah kehidupan...
Para penjelajah hidup kekerasan...
Para penikmat debu kehidupan...
Seakan sirna saat lelah itu dihempaskan...
Saat mata mulai memejam...
Namun kesenangan itu hanyalah sisa semalam...
Lelah bertemu lagi kemudian...
Ya ini kisah para penjelajah waktu kesibukan...
Berharap sesuap nasi di hadapan...
Luas jalan tak ubah keriuhan kaki karet memutar peradaban....
Layaknya rayap menunggu kayu habis terjamah kekayaan...
Saat mentari menyapa keramaian hati di jalan negri...
Saat itulah mimpi hidup lebih berarti...
Demokrasi transportasi...
angan yang tak henti....
Mengajak kita terus menanti...
Hari demi hari....
Pegawai negri atau pencari rezeki...
Menginjakan kaki di pedal tak henti...
Memutar tuas tanpa lupa di lakoni...
Berharap nafkah terpenuhi janji... 
 #Hiduplahsebagaimanahidup
Di gerbong kereta tak henti bogor -jakarta
Senin, 9 januari 2017